Jakarta, Parlando Indonesia --
Dua hari, dua laga, akan abadi bagi Timnas Indonesia. Namun ingatan seperti apa yang tak akan lekang di benak kita semua?
Indonesia dijadwalkan menjalani dua laga kontra Arab Saudi (9 Oktober) dan Irak (12 Oktober). Dua pertandingan itu menentukan nasib skuad Garuda yang tengah berjuang menuju Piala Dunia 2026.
Perjalanan Timnas Indonesia bak cerita Yusuf dan Ambar dalam film '3 Hari untuk Selamanya'. Piring keramik yang dibawa Yusuf dan Ambar dari Jakarta ke Yogyakarta ibarat harapan skuad Garuda menuju Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi ini bukan hanya tentang piring keramik...
'Lewat sudah, tiga hari tuk selamanya, dan kekallah detik-detik di dalamnya'
Penggalan lirik lagu '3 Hari untuk Selamanya' itu sekaligus menggambarkan keabadian ingatan dalam waktu yang singkat. Bagi Timnas Indonesia, apapun hasilnya pada dua laga dalam dua hari di Arab Saudi sana, akan senantiasa berada di jiwa-jiwa yang menyimpan asa.
Aura optimisme terpancar dari skuad Garuda jelang putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Sebagian tim sudah berada di Arab Saudi untuk melakukan persiapan awal.
Kelompok terbang (kloter) pertama dari Indonesia berangkat pada Kamis (2/10). Sehari sebelumnya, Rabu (1/10) Patrick Kluivert bersama para staf juga sudah berada di Jeddah.
Secara bertahap pemain lain akan menyusul. Baik mereka yang berpentas di klub-klub Asia Tenggara atau di Eropa. Skuad Garuda diprediksi lengkap pada 7 Oktober mendatang.
Selang dua hari jelang laga perlu dimaksimalkan sebaik mungkin. Sedianya waktu yang sempit bukan barang baru untuk Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia. Sebelumnya pun persiapan dengan skuad penuh hanya dua hingga tiga hari.
Namun dengan sebagian pemain yang sudah latihan lebih awal, kerangka tim dapat dibentuk. Kluivert semestinya sudah punya bayangan dengan pemain dari liga domestik.
Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Peluang Timnas Indonesia sangat kecil untuk lolos langsung ke Piala Dunia 2026 lewat putaran keempat. Tetapi, bukan berarti tak bisa diperjuangkan.
Situs Football Meets Data melaporkan kesempatan menang untuk Timnas Indonesia hanya 11 persen lawan Arab Saudi dan 15 persen kontra Irak.
Persentase itu timpang dengan para pesaing. Arab Saudi punya 70 persen dan Irak 65 persen kesempatan menang atas Indonesia.
Bagi Timnas Indonesia, tak ada cara selain datang dan bertarung di lapangan. Bermain pragmatis bisa jadi jawaban.
Kluivert yang punya pakem 4-3-3 agaknya perlu melakukan penyesuaian. Tak ada salahnya menaruh tiga bek tengah plus dua bek sayap untuk menjaga kedalaman.
Skema tersebut sudah diterapkan dalam empat dari enam total pertandingan Timnas Indonesia yang dipimpin Kluivert. Hasilnya, dua kali menang dan dua kali tumbang.
Kekalahan didapatkan saat melawan Australia dan Jepang, tim yang secara level jauh di atas Indonesia. Sementara kemenangan direbut dari China dan Bahrain.
Hasil maksimal kontra China dan Bahrain dapat jadi cerminan Indonesia untuk kembali merebut kemenangan. Tapi kembali kepada keputusan Kluivert dalam menentukan formasi.
Terlebih Kluivert sudah memantapkan pola empat bek sejajar dalam dua laga terakhir Timnas Indonesia. Selama FIFA Matchday September, tim Merah Putih menerapkan pola demikian lawan Taiwan dan Lebanon.
Taiwan jadi bulan-bulanan dengan enam gol yang disarangkan Eliano Reijnders dan kawan-kawan. Kemudian lawan Lebanon, skor kacamata harus diterima.
Laga kontra Lebanon layak jadi gambaran Timnas Indonesia ketika menerapkan formasi 4-3-3. Selain menghadapi lawan dari Timur Tengah, pemain yang diterjunkan adalah kekuatan penuh.
Kali ini di Kualifikasi Piala Dunia 2026, tentu pasukan terbaik yang akan dikerahkan. Walaupun sekilas terasa berat di pundak, Timnas Indonesia perlu mati-matian untuk membuktikan bahwa lolos ke Piala Dunia bukan mimpi yang sekadar terkurung dalam benak.
[Gambas:Video CNN]