Beton Ponpes Sidoarjo Ambruk Nempel Gedung Lain, Ahli ITS Ikut Turun
Proses evakuasi korban runtuhan gedung Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, memasuki tahap krusial. Tim SAR Gabungan menghadapi kendala besar berupa beton bangunan runtuh yang menempel dengan gedung di sisi kiri lokasi.
Deputi Penanganan Darat BNPB Mayor Jenderal TNI Budi Irawan menyebut, kondisi ini membuat proses pengangkatan material runtuhan harus dilakukan ekstra hati-hati agar tidak memicu runtuh susulan.
"Cuma ada satu kendala, yaitu beton itu ada yang menempel di bangunan sebelah kiri," kata Budi saat konferensi pers, Minggu (5/10).
Untuk proses pengangkatan di titik itu, Tim SAR Gabungan pun akan berkonsultasi dengan Ahli Struktur Bangunan, Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Mujdi Irmawan.
"Jadi siang ini Pak Mudji dari ITS akan datang memberikan bimbingan ke kita sambil mengawasi, sehingga pemotongan beton itu tidak menyebabkan gedung itu akan rusak atau runtuh," ucapnya
Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama Bramantyo menegaskan tim bekerja penuh 24 jam dengan sistem bergantian. Sejak akses menuju sektor A3 dan A4 di sisi kanan runtuhan dibuka, banyak korban berhasil ditemukan
"Kami tetap akan maksimal melaksanakan kegiatan ini. Sejak awal tidak berhenti 24 jam, karena kita membagi tim dari Basarnas ini menjadi beberapa tim, bekerja per 3 jam. Kami mohon doa restunya agar operasi berjalan lancar," ujarnya.
Sementara itu, per Minggu (5/10) pagi jumlah korban yang berhasil ditemukan berjumlah 141 orang. Terdiri 104 dalam kondisi selamat, 37 meninggal dunia, satu di antaranya masih berupa potongan tubuh. Sedangkan yang belum ditemukan berjumlah 26 orang.
Sebelumnya, gedung tiga lantai termasuk musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk, Senin (29/9) sore.
Saat kejadian, diketahui ada ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.