Masjid Inggris Dibakar Orang, Polisi Cap Kasus Bermotif Hate Crime
Sebuah masjid di Kota Peachehaven, Sussex, pesisir selatan Inggris, diduga sengaja dibakar pada Sabtu (4/10) malam waktu lokal.
Kepolisian Sussex langsung melakukan penyelidikan pada Minggu pagi terhadap insiden yang diduga pembakaran secara sengaja ini. Polisi bahkan menganggap kasus ini sebagai kejahatan bermotif kebencian.
Dikutip New York Times, pemadam kebakaran langsung dikerahkan ke lokasi setelah mendapat laporan terkait kebakaran sesaat sebelum pukul 22.00.
Api dilaporkan merusak pintu depan bangunan serta sebuah kendaraan yang diparkir di luar, namun tidak ada korban jiwa.
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran pasca serangan teroris mematikan di sebuah sinagoga di Manchester pada Kamis lalu.
Insiden ini juga berlangsung kala kasus kebencian terhadap Muslim kian meningkat di Inggris.
Ketua organisasi nirlaba Brighton and Hove Muslim Forum, Tariq Jung, mengatakan ada jamaah di dalam masjid saat kejadian berlangsung. Namun, para jemaah berhasil menyelamatkan diri.
"Mereka beruntung tidak sampai terbakar hidup-hidup," ujar Jung kepada NYT melalui wawancara telepon, Minggu.
Jung menyadari insiden ini terjadi kala ketegangan antara komunitas Muslim dan Yahudi di Inggris terus berlarut terutama sejak insiden penikaman dan tabrak lari di sinagoge Manchester yang menewaskan dua orang.
"Orang pergi ke rumah ibadah tidak pernah dengan pikiran bahwa mereka bisa diserang," katanya.
"Mereka datang untuk beribadah, mencari ampunan, mendoakan diri, keluarga, dan orang-orang yang mereka cintai. Tidak pernah terlintas dalam pikiran bahwa ada orang yang ingin membunuh mereka, menembak, menikam, atau membakar tempat ibadah."
Pasca serangan di sinagoga tersebut, polisi menurunkan patroli tambahan di Manchester dan meningkatkan pengamanan di berbagai pusat kebudayaan serta situs keagamaan Yahudi di seluruh negeri.
Pada Minggu, Kepolisian Sussex juga menambah kehadiran aparat di lokasi masjid yang diduga menjadi sasaran pembakaran untuk memberi rasa aman bagi warga.
"Kami memahami kekhawatiran yang muncul di tengah masyarakat, serta dampak yang akan dirasakan komunitas Muslim akibat kejadian ini," tulis pernyataan polisi.
Baik antisemitisme maupun kebencian terhadap Muslim sama-sama mengalami peningkatan dalam hampir dua tahun terakhir sejak serangan milisi Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Serangan Hamas itu menjadi pematik agresi brutal Israel ke Jalur Gaza Palestina hingga hari ini yang telah menewaskan lebih dari 66 ribu warga Palestina.
Laporan pada Februari lalu dari Tell Mama, kelompok pemantau kebencian terhadap Muslim, mencatat lebih dari 6.000 insiden anti-Muslim terjadi di Inggris sepanjang tahun lalu. Angka ini tertinggi sejak kelompok itu berdiri 12 tahun lalu.
(rds)