Pesaing kedua Putin yakni Vladislav Davankov, seorang politikus Rusia yang menjabat sebagai wakil ketua Duma Negara Rusia sejak 2021. Davankov menjadi representasi partai Rakyat Baru (New People) Rusia di Duma.
Ia merupakan lulusan dari Universitas Negeri Moskow pada 2006 dan pernah bekerja di perusahaan penjualan langsung (Faberlic) oleh Alexey Nechayev.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedekatannya dengan Nechayev semakin terlihat pada 2020, di mana Nechayev mendirikan partai Rakyat Baru dan menunjuk Davankov sebagai Kepala Komite Eksekutif Pusat.
Partai yang baru ia dirikan bersama Nechayev pada 2020 tersebut memulai perjalanan yang cukup menantang. Seperti pada awal invasi Rusia ke Ukraina, partai Rakyat Baru menjadi satu-satunya partai di Duma yang abstain dalam mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai negara bagian yang merdeka dari Ukraina.
Slogan kampanye nya yang terkenal dengan sebutan "Ya pada perubahan!" dan "Waktunya untuk Rakyat Baru!" memposisikan ia dan partainya sebagai solusi bagi rakyat Rusia yang menginginkan kebebasan bermasyarakat.
Terlebih, berdasarkan jajak pendapat pada Februari lalu menyatakan bahwa Davankov mendapatkan 5% elektabilitas rakyat Rusia.
Nikolai Kharitonov menjadi kandidat tertua yang mencalonkan diri sebagai Presiden Rusia.
Kharitonov berasal dari partai Komunis Rusia yang menjabat di Duma Negara sejak 1994.
Ini menjadi kampanye presiden kedua bagi Nikolai Kharitonov yang sebelumnya gagal berkontestasi dalam pemilu 2004.
Partai Komunis Rusia mengusulkan Kharitonov pada 22 Desember 2023 dalam sebuah rapat pleno Komite Sentral.
Dalam jejak kampanye nya, Kharitonov mencoba untuk melakukan advokasi penurunan usia pensiun, menaikkan pembayaran pensiun, hingga meningkatkan dukungan bagi keluarga besar. Hal itu dapat membuat Kharitonov mendapatkan suara dari pemilih lanjut usia yang mendukung partai Komunis.
Sebagai kandidat pro-Kremlin, Kharitonov mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Namun ia juga pernah menentang beberapa kebijakan dalam negeri Partai Rusia Bersatu yang pro-Putin.
Terlepas dari para pesaingnya, Putin optimis bahwa ia dapat memenangkan pemilu tahun ini. Bahkan Kremlin mengkurasi para pesaing Putin dan menyatakan bahwa mereka tidak menimbulkan ancaman nyata terhadap legitimasinya.
Terlebih, beberapa oposisi Putin yang berencana mencalonkan diri sebagai Presiden Rusia sudah dibungkam, dibui, hingga dibunuh. Ini memunculkan berbagai pertanyaan dan dugaan dari kekuatan legitimasi Putin selama menjadi Presiden Rusia.
Penghancuran oposisi Rusia telah memunculkan sikap apatis dalam masyarakat. Namun, perang di Ukraina secara tidak langsung dapat melunturkan sikap apatis masyarakat.
Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa langkah Rusia beberapa waktu terakhir, seperti serangan pesawat tak berawak lintas batas hingga aksi mantan pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin di Moskow.
Lebih dari itu, korban jiwa dari konflik Rusia-Ukraina semakin bertambah dan dampak perang yang dirasakan oleh penduduk Rusia dapat berpotensi menciptakan efek domino bagi pemerintahan Rusia di masa mendatang.
(val/rds)