Sudah sejak lama China mengeluhkan merasa 'dijajah' oleh Hollywood. Mereka pun menerapkan sederet peraturan untuk melindungi perfilman lokal, dan mencegah uang penonton China lari ke AS.
Sederet peraturan tersebut mulai dari sensor hingga pembatasan jumlah film asing yang bisa tayang di China dalam setahun. Hal ini amat mungkin dilakukan mengingat pemerintah China mengendalikan segala aspek kehidupan masyarakatnya, apalagi cuma sekadar izin tayang film.
Shang-Chi pun apes. Momen perilisannya bertepatan dengan situasi politik internal China yang penuh sentimen terhadap produk asing, atau apapun yang dianggap Partai Komunis China tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya juga nasionalisme mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil, Shang-Chi pun digantung di China. Padahal di sejumlah negara Asia lainnya, film ini mulai menguasai box office setempat. Seperti pada data Box Office Mojo pada 17-19 September, Shang-Chi berkuasa di Korea Selatan, Hong Kong, dan Singapura.
Namun dari tiga lokasi tersebut pun perolehan box office tidak optimal. Hanya Korea Selatan dan Hong Kong yang tembus angka satu juta dolar. Padahal pada kondisi normal, angka box office untuk film Marvel minimal belasan juta dolar di Korea.
Lihat Juga : |
Sementara itu, pasar film Asia besar lainnya juga masih tersendat-sendat akibat pandemi. Misalnya Indonesia yang baru boleh membuka bioskop pada 13 September 2021.
Di Indonesia, Shang-Chi mesti berhadapan dengan sederet film blockbuster lainnya dan memperebutkan penonton bioskop yang datang tak sampai 10 persen dari kuota kursi kala pandemi.
Meski tipis, Shang-Chi masih punya harapan. Data Box Office Mojo pada 17-19 September 2021 menunjukkan Black Widow menjadi film yang menguasai box office Indonesia pada akhir pekan pertama pembukaan bioskop, walau hanya senilai US$201 ribu.
Peluang Shang-Chi pun sejatinya masih lebar di bioskop Indonesia mengingat A Quiet Place Part II pernah mencetak angka box office US$1,9 juta pada Mei lalu.
Kini nasib Shang-Chi hanya bisa bergantung pada kondisi pandemi di negara-negara Asia, dan tentu saja keinginan penonton melepas ketakutan mereka kembali ke bioskop di tengah pandemi.
Bila kondisi kasus harian bisa terjaga atau melandai, bukan mustahil penonton secara perlahan kembali ke bioskop. Namun bila terjadi sebaliknya, maka 'rem' pun mesti ditarik kembali.
Tapi bukan Disney namanya bila tak memperhitungkan segala kemungkinan di tengah situasi pelik seperti ini. CEO Disney Bob Chapek memastikan Shang-Chi akan rilis di layanan streaming Disney+Hotstar pada November 2021.
Keputusan itu sejatinya masih menguntungkan Disney walau Shang-Chi tak bisa punya performa maksimal di bioskop. Disney masih amat mungkin meraup keuntungan dari pasar Asia melalui streaming, apalagi di Indonesia.
Hal itu didasarkan data kuartal satu 2021 dari JustWatch yang diterima CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, Disney+Hotstar masih menjadi layanan streaming asing terbesar di Indonesia dengan cakupan 22 persen, unggul satu persen dari Netflix.
Jadi, kalaupun China cuek dan penonton di Indonesia tak jua berani ke bioskop, Shang-Chi masih bisa mengeluarkan jurus andalannya melalui layanan streaming dalam mengeruk cuan dari penonton meski baru terlihat pada November nanti.
(end)