Produksi Film Berlatar Sejarah yang Tidak Murah

Parlando Indonesia
Minggu, 15 Agu 2021 07:31 WIB
Tak banyak film berlatar sejarah di Indonesia, dibandingkan genre lainnya. Bukan tanpa alasan, ongkos produksinya cukup berat.
Film Soekarno: Indonesia Merdeka. (Arsip MVP Pictures/Mahaka Pictures)

Kendati bisa meraup kesuksesan yang besar, mahalnya biaya yang harus dikeluarkan membuat film berlatar sejarah jumlahnya terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut pengamat film sekaligus penulis novel, Leila S. Chudori produksi film berlatar di Indonesia bisa dihitung jari.

Hal itu tak lain karena untuk memproduksi film berlatar sejarah membutuhkan biaya yang sangat mahal. Leila menjelaskan bahwa membangun properti atau menciptakan set film berlatar sejarah dibutuhkan biaya yang besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang namanya membuat film sejarah itu mahal, mahal sekali apakah itu film besar seperti film kolosal, dengan banyak figuran, ataupun yang kecil yang bahkan pemainnya sedikit itu tetap mahal," ujar Leila kepada CNNIndonesia.com, Jumat (6/8).

Hal itu ditunjang karena tak banyak sektor swasta maupun pemerintah yang mau mendanai sineas yang menggarap film berlatar sejarah, dikarenakan film berlatar sejarah belum bisa memberikan banyak keuntungan dibandingkan film dengan genre populer seperti drama dan action.

Kondisi tersebut berdampak pada minimnya biaya produksi film di Indonesia. Leila mencatat bahwa biaya produksi film di Indonesia dikisaran Rp40-50 miliar.

Menurut Leila, angka tersebut masih sangat jauh dibandingkan angka yang dikeluarkan oleh sineas asing seperti Eropa dan Amerika Serikat dalam memproduksi sebuah film.

"Itu [biaya produksi film] 40 miliar buat mereka nothing jadi sebenarnya dibandingkan sama mereka, budget di sini cukup rendah, jadi saya salut sama sineas-sineas dengan duit segitu tetap bisa membuat film," ujar Leila.

Selain karena faktor biaya yang mahal, kesulitan yang dihadapi sineas Indonesia dalam memproduksi film berlatar sejarah yakni mencari kandidat aktor dan figuran yang cocok untuk bermain di film berlatar sejarah.


 
"Fisik aktor sekarang kan fisik orang modern, kulitnya mulus-mulus, padahal orang-orang jaman dulu tahun 50-60an kurus-kurus, mereka yang masih umur 20-30 tahun saja sudah kelihatan keriput, makanya kalau saya lagi nonton film sejarah saya kadang-kadang bilang ini anak-anaknya makmur-makmur banget," ujar Leila.

Selain dua hal tersebut, kendala lain yang tidak kalah merepotkan saat membuat film berlatar sejarah yaitu keterbatasan lokasi dengan latar masa lampau. Salah satunya yang pernah dialami oleh Mira Lesmana yang dibuat pusing saat menyutradarai film Soe Hok Gie.

Mira bercerita bahwa ia dan tim harus ekstra hati-hati saat mengambil gambar wide shot demi menghindari sejumlah bangunan modern dan baliho yang terpasang di sekitar lokasi syuting.

Terlepas dari kendala tersebut, Leila mengapresiasi semangat para sineas yang mau berkorban untuk membuat film berlatar sejarah. 

(fdh/fdh/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER