Studi Temukan Petunjuk Calon Planet Baru, Lebih Besar dari Merkurius

Parlando Indonesia
Sabtu, 04 Okt 2025 16:50 WIB
Sebuah studi terbaru menyarankan kandidat planet baru di Tata Surya yang diyakini lebih besar dari Merkurius. (Arsip Nasa)
Jakarta, Parlando Indonesia --

Sebuah studi terbaru menyarankan kandidat planet baru di Tata Surya. Planet tersebut belum terdeteksi secara langsung, melainkan hanya disimpulkan berdasarkan orbit miring beberapa objek jauh di Sabuk Kuiper.

Sabuk Kuiper sendiri merupakan cincin besar dari objek-objek beku di luar orbit Neptunus. Namun, penulis studi tersebut menyebut kandidat baru planet itu dengan nama Planet Y.

Amir Siraj selaku peneliti dan penulis utama studi tersebut meyakini pasti ada yang mengganggu orbit-orbit ini dan membuatnya miring.

"Salah satu penjelasannya adalah adanya planet yang tidak terlihat, kemungkinan lebih kecil dari Bumi dan kemungkinan lebih besar dari Merkurius, yang mengorbit di bagian luar sistem tata surya," kata Amir Siraj yang juga sstrofisikawan dan kandidat doktor di departemen ilmu astrofisika Universitas Princeton.

"Makalah ini bukan penemuan planet, tetapi tentu saja penemuan teka-teki di mana planet adalah jawaban yang mungkin," tuturnya seperti diberitakan CNN pada Kamis (2/10).

Siraj dan rekan penulisnya melaporkan temuan mereka dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society: Letters.

Planet Y adalah yang terbaru dalam serangkaian planet hipotetis di sistem surya yang diusulkan oleh para ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir.

Semua calon planet tersebut memiliki karakteristik yang sedikit berbeda tetapi secara kolektif diyakini bersembunyi di Sabuk Kuiper, yang juga tempat tinggal Pluto.

Pluto dulunya merupakan planet kesembilan, tetapi diturunkan statusnya dan diklasifikasikan ulang sebagai planet kerdil pada 2006.

Alasan begitu banyak kandidat "planet kesembilan" muncul adalah karena Sabuk Kuiper merupakan wilayah gelap dan jauh di Tata Surya, sehingga pengamatan menjadi sulit dan tidak lengkap.

Namun, hambatan-hambatan tersebut kemungkinan akan berubah, karena teleskop baru bernama Vera C. Rubin Observatory sedang bersiap untuk memulai survei 10 tahunnya terhadap langit malam.

"Saya pikir dalam dua hingga tiga tahun pertama, hal ini akan menjadi pasti," kata Siraj.

"Jika Planet Y berada dalam bidang pandang teleskop, teleskop tersebut akan dapat menemukannya secara langsung," imbuhnya.

Pencarian planet baru

Setelah penemuan Neptunus pada 1846, para astronom terus mencari planet lain dalam sistem Tata Surya, yang pada awal abad ke-20 dikenal sebagai Planet X, nama yang dipopulerkan oleh astronom Percival Lowell.

Ia menduga bahwa anomali dalam orbit Neptunus dan Uranus disebabkan oleh suatu benda yang belum ditemukan dan berada jauh di luar tata surya.

Ketika Pluto ditemukan pada 1930, para astronom mengumumkan bahwa Pluto adalah planet kesembilan. Pluto awalnya dianggap sebagai Planet X tersebut.

Namun dalam dekade-dekade berikutnya, Pluto dianggap terlalu kecil untuk menjelaskan ketidakaturan tersebut.

Pada awal 1990-an, data dari probe Voyager 2 mengungkapkan bahwa Neptunus memiliki massa yang lebih kecil dari perkiraan sebelumnya, yang menjelaskan gangguan orbit tanpa perlu adanya Planet X.

Pada 2005, tiga astronom, termasuk Mike Brown, seorang profesor astronomi planet di California Institute of Technology, menemukan Eris. Eris adalah sebuah benda beku yang sedikit lebih besar dari Pluto dan juga mengorbit Matahari dari Sabuk Kuiper.

Temuan ini membuat Pluto diturunkan statusnya menjadi planet kerdil pada tahun berikutnya.

(lom/chri)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK