Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut penyebab gempa bumi yang mengguncang wilayah Sumenep dan sekitarnya pada Selasa (30/9) penyebabnya adalah aktivitas sesar aktif bawah laut.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif bawah laut. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," ujar Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya, Rabu (1/10).
Gempa mengguncang wilayah Sumenep dan Pulau Sapudi, Jawa Timur pada Selasa (30/9), tepatnya pukul 23.49.43 WIB. Analisis BMKG menunjukkan gempa memiliki memiliki parameter update dengan magnitudo M6,0.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pusat gempa atau episenternya terletak pada koordinat 7,35° LS ; 114,22° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 58 Km arah Tenggara Sumenep, Jawa Timur pada kedalaman 12 km.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami," tutur Daryono.
Gempa ini disebut terasa di sejumlah wilayah sekitar, seperti di daerah Pulau Sapudi V-VI MMI, yakni semua orang merasakan getaran dan terjadi kerusakan ringan; daerah Sumenep, Pamekasan dan Surabaya dengan skala intensitas III-IV MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu.
Kemudian, gempa juga terasa di daerah Tuban, Denpasar dan Gianyar dengan skala intensitas III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu; daerah Tabanan, Buleleng, Kuta dan Banyuwangi dengan skala intensitas II-III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah.
Lihat Juga : |
Gempa juga terasa hingga daerah Lombok Utara, Kota Mataram, Lombok Tengah, Malang dan Blitar dengan skala intensitas II MMI, yakni getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Pemantauan BMKG hingga pukul 00.29 WIB, terjadi 4 aktivitas gempa susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar M4,4.
Lebih lanjut, masyarakat diimbau menghindari bangunan yang rusak akibat gempa. Masyarakat juga diimbau memastikan tidak ada kerusakan yang mengganggu kestabilan bangunan jika ingin kembali ke dalam rumah.
"(Masyarakat diimbau) agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," pungkas Daryono.
(lom/mik)