Jakarta, Parlando Indonesia -- Bagi sebagian orang, melihat bunga mekar adalah sesuatu yang indah namun harus menantinya cukup lama agar tanaman tumbuh. Seorang ilmuwan Swedia coba memangkas waktu tumbuh yang lama tersebut, dengan membuat tanaman "pintar" yang dapat dipantau informasi pertumbuhannya dan pada akhirnya mempercepat waktu tumbuh.
Ilmuwan ini mengembangkan bunga mawar dengan menyalurkan polimer sintetik yang disebut PEDOT-S ke sistem tanaman. Bunga ini kemudian disebut mawar bionik, yang diharapkan bisa menyerap polimer sintetik PEDOT-S.
PEDOT-S sendiri merupakan polimer yang biasa digunakan untuk pencetakan elektronik dan sifatnya bisa larut dalam air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembuluh kapiler akan mengangkut polimer kepada jaringan pembuluh xilem mawar. Ketika berada pada pembuluh xilem tanaman, PEDOT-S akan membentuk semacam kawat konduktif yang panjangnya mencapai 10 cm.
Mengutip dari situs Nature.com, seorang ilmuan dari Carnegie Mellon University bernama Christopher Bettinger mengatakan bahwa ilmuan mungkin bisa memanipulasi pertumbuhan tanaman, sebagai contoh menumbuhkan tunas baru dengan bantuan sirkuit elektronik yang ditanamkan.
“Kini kita bisa mulai memikirkan tentang 'power plans'. Kita bisa menempatkan sensor pada tumbuhan dan menggunakan energi yang dibentuk dalam klorofil, menghasilkan antena hijau, atau memproduksi material baru. Semua dapat berlangsung secara alami dan kita bisa menggunakan sistem unik dari tanaman,” ungkap Magnus Berggren, peneliti dari Linkoping University, Swedia.
Di sisi lain, teknologi ini sempat diragukan oleh beberapa peneliti. Mengutip dari The Washington Post, “Hal ini terlihat keren, tapi saya tidak yakin bagaimana implikasinya nanti. Saya rasa hal itu hanyalah sekedar ilmu pengetahuan dan keingintahuan ilmiah,” kritik Zhenan Bao dari Stanford University, California, AS.
Michael Strano, insinyur mekanik dari Massachusetts Institute of Technology di Cambridge, AS, beranggapan skeptis bahwa polimer yang disisipkan ke dalam sistem jaringan tanaman nantinya akan menghambat proses transpirasi.
Terlepas dari perdebatan yang ada, Berggren akan terus melakukan observasi apakah PEDOT yang ditamankan ini nantinya dapat digunakan untuk mengubah tanaman menjadi sel bahan bakar. Hal tersebut diharapkan bisa mengubah gula yang dihasilkan tanaman menjadi listrik, atau yang disebut Berggren sebagai 'kekuatan tanaman'.
Sejauh ini, tim ilmuwan belum bisa mengetahui sampai seberapa lama bunga bionik ini dapat terus berbunga dengan menggunakan komponen elektronik di dalamnya.
Sementara pada penelitian berbeda, ilmuwan menggunakan teknik lain untuk menyisipkan PEDOT-S ke dalam daun bunga mawar. Mereka menggunakan polimer untuk menciptakan bentuk pixel yang hidup, di mana nantinya memungkinkan mereka untuk bisa mengubah warna daun sesuai keinginan.
Ide terkait tanaman bionik ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Sebelumnya, sorang ilmuwan bernama Michael Strano tahun lalu melakukan penelitian terkait tabung-tabung nano karbon yang dapat menyerap gelombang cahaya, di mana hal ini tidak dapat dilakukan oleh kloroplas pada bayam.
Pada dasarnya, ide terkait tanaman bionik ini memang sangat menarik, di mana ke depan diharapkan ilmuwan dapat mengembangkan benih tanaman 'pintar' yang bisa merespon terhadap perubahan lingkungan, dapat memberi informasi kapan tanaman bsia dipanen, bahkan dapat menerima perintah untuk bisa tumbuh lebih cepat.