Jakarta, Parlando Indonesia --
Garuda, Timnas Indonesia, memang terbang rendah di langit Jepang. Sayapnya kena bedil enam kali tanpa bisa membalas, tapi bukan berarti tak bisa melayang tinggi lagi.
Ada waktu empat bulan untuk evaluasi; restorasi; rehabilitasi; bahkan reformasi. Tim Merah Putih sepantasnya datang ke fase keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan wajah kesatria.
Seperti tifografi La Grande Indonesia saat melawan China di GBK pada 5 Juni lalu, Jay Idzes dan kawan-kawan seyogyanya datang ke ronde ini dengan jiwa petarung Raden Wijaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raden Wijaya adalah pendiri kerajaan Majapahit. Ialah yang mengalahkan pasukan Kubilai Khan setelah bersama-sama melumat kerajaan Singasari yang dipimpin Jayakatwang.
Agar menjadi Raden Wijaya atau Majapahit di Asia, performa Timnas Indonesia tak pantas biasa-biasa saja. Mentalitas pasukan Garuda harus kukuh bak karang pantai selatan.
Pertahanan yang begitu keropos di hadapan Samurai Biru tak seharusnya dianggap wajar. Kalah 0-6 dari Jepang, meski memakai bahasa kalah kelas, sama sekali tak layak dinormalkan.
Absennya Rizky Ridho, sebagai satu-satunya pemain yang tampil dalam 17 laga dari 18 pertandingan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026, membuat koordinasi lini pertahanan lemah.
Jay Idzes sebagai pusat gravitasi pertahanan Timnas Indonesia dan tak tergantikan selama fase ketiga, butuh rekan yang chemistry-nya sudah terjalin. Sejauh ini Mees Hilgers belum nyetel.
Patrick Kluivert juga perlu menyiapkan opsi pengganti Idzes. Kapten Venezia FC ini sudah mengantongi satu kartu kuning dan berpotensi absen jika kena kartu lagi pada laga selanjutnya.
Untuk posisi bek sayap kiri mungkin sudah solid dengan Calvin Verdonk, tetapi di sisi kanan belum. Ada banyak nama, tetapi belum ada yang benar-benar stabil dan menonjol.
Pertahanan adalah persoalan paling serius Timnas Indonesia saat ini, karena dari 10 laga fase ketiga kualifikasi berbuah 20 kebobolan. Ini bukan hanya statistik, inilah faktual kritis Timnas.
Karenanya pemain Timnas Indonesia butuh mentalitas Majapahit: tahan menderita dan buas memburu misi. Kuncinya, untuk bangunan Timnas yang instan, direkonstruksi dari sistem pertahanan.
Bisakah mentalitas Majapahit dimiliki Timnas Indonesia? Deoxyribonucleic Acid alias DNA-nya ada, tinggal bagaimana tim pelatih membangunkan Garuda yang sedang terluka.
Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Analisis bahwa Timnas Indonesia ber-DNA Belanda tak bisa dibantah. Saat ini mayoritas staf pelatih diisi pakar-pakar dari Belanda dan sebagian pemain punya akar sepak bola Holland.
Ini bukan soal naturalisasi. Hal ini tak perlu diperdebatkan lagi. Sebaliknya ini soal gaya bermain yang akan dibangun. Patrick Kluivert tampak masih abu-abu menanamkan filosofinya.
Pada era pelatih sebelumnya, yang jadi fondasi utama adalah fisik. Ketahanan fisik. Semua harus berlari, mengejar bola, pantang menyerah dalam satu kesatuan unit, baik saat menyerang atau bertahan.
Karena itu senjata utama Indonesia sebelum kedatangan Kluivert adalah serangan balik. Setelah Kluivert tiba, formasi utama belum solid dan pola main tak terasa matang.
Kini, setelah empat laga berujung dua kemenangan dan kekalahan, saatnya bagi Kluivert merekonstruksi ulang sistem permainan. Dan, pria 48 tahun ini punya waktu empat bulan.
Sekilas, pusat gravitasi permainan ala Kluivert adalah gelandang bertahan dan menyerang. Roh permainan Indonesia ada pada intelektualitas Thom Haye dan Joey Pelupessy.
Saat Haye mati gaya, seperti saat melawan Jepang dan Australia, Indonesia selesai. Apalagi ketika Joey tak dipasang, stabilitas di jantung pertahanan jadi melemah.
Kabar baiknya, rata-rata pemain Indonesia dalam mode rehat setelah semusim menjalani jadwal pertandingan yang padat bersama klub dan terbang di kalender internasional.
Setelah menang 1-0 atas China, di mana semua pemain bekerja keras merubuhkan tembok besar Tiongkok, yang artinya meraih tiket ke ronde keempat, otot-otot pemain seperti rehat.
Adapun pada Oktober 2025 nanti, mesin tempur pemain akan kembali pada titik normal atau bahkan sedang panas-panasnya. Pasalnya mayoritas kompetisi sudah bergulir pada Agustus.
Pemain akan datang ke pemusatan latihan Timnas untuk pertandingan fase keempat kualifikasi dalam mode bugar. Ini bisa jadi senjata bagi Kluivert merekonstruksi gaya mainnya.
Gaya tempur Majapahit yang dibangun Raden Wijaya dan dikembangkan Mahapatih Gajahmada adalah cerdik, cerdas, dan penuh kejutan. Ini pula yang perlu ditanam Kluivert.
Melawan tim-tim Timur Tengah, Timnas Indonesia butuh mental baja. Kisah jaya Majapahit layak dipropagandakan. Ya, sekali lagi, untuk terbang tinggi Garuda butuh lebih dari sekadar DNA Belanda.
[Gambas:Video CNN]