Berat dan Tinggi Badan Siswa Penerima MBG Diukur per 6 Bulan
Pemerintah akan mengukur berat dan tinggi badan siswa per enam bulan sekali untuk mengukur efektivitas peserta didik penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Keputusan tersebut diambil setelah Kementerian Kesehatan bersama dengan 17 kementerian/lembaga menggelar rapat koordinasi sebagai tindak lanjut penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Program Prioritas MBG.
"Sudah disetujui bahwa setiap 6 bulan para peserta atau penerima manfaat gizinya ini akan kita ukur tinggi dan berat badannya," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Kesehatan, Kamis (2/10).
"Dan itu akan masuk by name by address melengkapi data cek kesehatan gratisnya anak-anak sekolah sehingga kita bisa tahu efektivitas programnya ini seperti apa," sambung dia.
Lihat Juga : |
Budi menyebut pemerintah juga akan melakukan survei gizi nasional setiap satu tahun sekali yang melibatkan anak sekolah berusia di atas lima tahun.
"Dengan demikian, kita bisa melihat perkembangan status gizi seluruh anak-anak kita dan kita akan menggunakannya sebagai masukan untuk kebijakan yang nanti akan kita lakukan," imbuhnya.
Budi menambahkan pengawasan pelaksanaan program MBG ke depan juga akan diperketat.
Nantinya, pengawasan akan melibatkan unit terbesar penerima yakni sekolah-sekolah yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen). Setidaknya terdapat 450 ribu lebih sekolah.
"Kita akan berkoordinasi dengan Pak Menteri Dikdasmen agar kita bisa memanfaatkan upaya unit-unit kesehatan sekolah di seluruh sekolah di bawah beliau untuk bisa membantu mengawasi," ungkap Budi.
"Seenggaknya begitu makanan datang kita bisa dilihat lah warnanya ada yang berubah apa enggak, baunya ada yang aneh apa enggak, fisiknya ada yang lendir-lendiran apa enggak. Pengawasan sederhana itu kita akan kerja sama dengan sekolah di bawah Menteri Dikdasmen untuk mengurangi risiko keracunan pada saat misalnya makanan ini dibagikan," sambungnya.
Berdasarkan data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) per 27 September 2025, ada sebanyak 8.649 anak menjadi korban keracunan MBG, sebuah program andalan Presiden RI Prabowo Subianto.
"Berdasarkan pemantauan JPPI, korban keracunan MBG sudah mencapai 8.649 anak. Berarti, terjadi lonjakan jumlah korban keracunan sebanyak 3.289 anak dalam dua pekan terakhir," ujar Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/9).
Pada bulan September ini, jumlah korban keracunan per minggunya selalu mengalami peningkatan. Penambahan jumlah korban terbanyak terjadi pada satu pekan lalu (22-27 September 2025) dengan korban mencapai 2.197 anak.
Sementara itu Kepala BGN Dadan Hindayana menyebut total terdapat 6.517 korban keracunan akibat mengkonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak diluncurkan pada Januari 2025.
Dadan mengatakan kasus keracunan paling banyak terjadi di Pulau Jawa dengan total 45 kasus.
"Sebaran kasus terjadinya gangguan pencernaan atau kasus di SPPG terlihat dari 6 Januari sampai 31 Juli itu tercatat ada kurang lebih 24 kasus kejadian. Sementara dari 1 Agustus sampai malam tadi itu ada 51 kasus kejadian," ujarnya.
(fra/ryn/fra)