Fakta-fakta Musala Ambruk Ponpes di Sidoarjo: Penyebab hingga Korban

Parlando Indonesia
Selasa, 30 Sep 2025 08:34 WIB
Daftar Isi
Jakarta, Parlando Indonesia --

Bangunan musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) ambruk pada Senin (29/9) sore.

Tim SAR pun langsung dikerahkan ke lokasi untuk mengevakuasi korban yang tertimpa reruntuhan. Belasan ambulans juga didatangkan ke lokasi untuk membantu evakuasi korban.

CNNIndonesia.com telah merangkum sejumlah fakta terkait insiden nahas itu sebagai berikut

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terjadi saat salat Asar

Wahid, salah satu santri yang selamat mengatakan saat insiden musala ambruk itu terjadi ratusan santri tengah menunaikan salat asar.

"Masuk rakaat kedua bagian ujung musala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung," kata Wahid di lokasi.

Santri lainnya, Muhammad Rijalul Qoib (13) membeberkan dirinya sempat mendengar suara bangunan musala yang retak dari arah atas saat sedang salat.

Kata dia, bangunan musala ini sendiri terdiri dari tiga lantai, dan masih dalam proses pembangunan.

"Dengar suara seperti material jatuh retak-retak tambah lama tambah keras akhirnya jatuh [ambruk]," ucap Rijalul.

Tiga tewas, 86 luka

Dari hasil pendataan sementara ada 3 korban tewas yakniSefianIbrahim, Mochammad Mashudulhaq dan Muhammad Soleh.

Puluhan orang menjadi korban insiden nahas tersebut. Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo dr Atok Irawan merinci 38 korban luka dirawat di rumah sakitnya dan empat orang di RS Delta Surya.

Sedangkan 45 korban luka lainnya dilarikan di RS Islam Siti Hajar.

"Di sini (RSUD R.T. Notopuro) 27 rawat jalan. Lima pasien ini sedang opname, dua operasi, satu observasi cedera otak ringan," kata dia.

"Terus kemudian dua pasien tadi dengan patah tulang ini pulang. Kemudian dua pasien observasi. Lalu satu pasien baru masuk kami putuskan amputasi lengan kiri," sambungnya.

Pengasuh ponpes minta maaf

Pengasuh Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, KH Abdus Salam Mujib menyampaikan permohonan maaf kepada para korban insiden tersebut.

Permohonan maaf itu juga ia sampaikan ke para wali santri. Kata dia, kejadian ini sebagai takdir dari Tuhan. Dia pun meminta semua pihak untuk bersabar.

"Ya saya kira ini takdir dari Allah, jadi semuanya harus bisa bersabar. Dan mudah-mudahan juga diberi diganti oleh Allah yang lebih baik," kata Mujib ditemui di lokasi.

Mujib pun juga berharap luka dan duka yang dialami para korban ambruknya musala digantikan dengan pahala oleh Allah.

"Diberi pahala yang sangat-sangat, apa ya, enggak bisa mengutarakan dan mudah-mudahan dibalas kebaikan oleh Allah SWT yang lebih dari musibah ini," ucap dia.

Penopang cor tak kuat

Mujib menyebut insiden itu diduga disebabkan penopang cor tidak kuat. Kata dia, saat kejadian bangunan sedang dalam tahap pengecoran akhir di bagian atas atau dek.

"Sepertinya penopang cor itu tidak kuat. Jadi seperti menopang ke bawah," kata Abdus Salam Mujib, Senin (29/9).

"Ini pengecoran yang terakhir saja, itu jebol. Ya, hanya itu. (Proses pembangunan) sudah lama, sudah 9 bulan. Kurang lebih 9 sampai 10 bulan," sambungnya.

Tak punya IMB

Bangunan musala yang ambruk tersebut diduga tak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).

"Ini saya tanyakan izin-izinnya mana, tetapi ternyata enggak ada. Tadi ngecor lantai tiga, karena konstruksi tidak standar, jadi akhirnya roboh," kata Bupati Sidoarjo Subandi.

Ia pun menyayangkan hal itu. Menurutnya banyak pesantren lebih mendahulukan pembangunan dan mengesampingkan faktor perizinan.

"Jadi banyak pondok itu kadang bangun masjid, pondok, kadang dia tidak mengurus IMB-nya dulu, langsung bangun. Baru selesai [membangun], izin-izin ini baru selesai termasuk IMB ini harus dilakukan dulu agar konstruksi sesuai standar," ucapnya.

Catatan redaksi: Isi artikel ini mengalami perubahan pada Selasa (30/9) pukul 14.30 untuk pembaharuan data terkait korban.

(dis/wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER