LIPUTAN KHUSUS

Korban Bom Bali II, 14 Tahun Bersama Pecahan Logam di Tubuh

Ryan Hadi Suhendra | Parlando Indonesia
Jumat, 27 Des 2019 14:18 WIB
Pecahan logam dari teror bom bali II pada 2005 lalu baru diangkat dari badan Ni Kadek Ardani pada pertengahan 2019--14 tahun pascateror.
Polisi melakukan olah TKP di salah satu restoran yang mendapatkan teror Bom Bali II, 1 Oktober 2005. (AFP/STR)
Jimbaran, Parlando Indonesia -- Ni Kadek Ardani (32), tiga bulan lalu baru saja menjalani operasi pengangkatan gotri yang telah bersarang di ketiak sebelah kirinya selama 14 tahun. Pecahan logam atau gotri berukuran kecil dari teror Bom Bali II pada 2005 itu membuatnya tersiksa selama menjalani kegiatan sehari-harinya.

Pengangkatan gotri yang belasan tahun berada dalam tubuh Ni Kadek itu tak lepas dari bantuan Yayasan Penyintas Indonesia (YPI) yang meyakinkan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sebagai kepanjangan tangan negara untuk memenuhi hak korban terorisme.

Untuk diketahui, YPI merupakan wadah berkumpulnya para korban dan keluarga korban aksi terorisme di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah bertahun-tahun pecahan besi itu diangkat dari tubuh Ni Kadek di rumah sakit di Kuta, Bali pada 31 Agustus 2019. Gotri yang telah diangkat dari operasi tersebut, kini masih disimpan Kadek-dibungkus dalam plastik obat.

"Saya bersyukur juga ketemu dokter yang baik, perhatian sama saya sebagai pasien," ucap Ni Kadek saat ditemui di kediamannya di dekat Jalan Raya Pantai Jimbaran, Bali, Selasa (3/12).

Saat teror bom terjadi pada 2005 silam, Kadek sedang bekerja sebagai pelayan di Menega Cafe, Jimbaran, Bali. Kala itu, Kadek ingat, dirinya sedang melayani tamu ketika ledakan terjadi.

Akibat ledakan itu, Kadek harus menjalani perawatan di RS Sanglah dengan bantuan biaya dari pemerintah pusat. Ia mendapati jahitan di beberapa titik bagian tubuhnya. Pipi kirinya terkena serpihan material bom yang membuat tertarik ke bawah. Hal yang sama juga diderita paha kirinya. Selain itu, punggungnya mendapat luka karena posisi dia saat ledakan terjadi adalah membelakangi.

Kadek diharuskan menjalani rawat jalan selama lima bulan dengan waktu satu minggu sekali. Dia pun tak bisa bekerja selama itu.

Setelah lima bulan menjalani rawat jalan, Kadek kembali bekerja di tempat yang sama. Meskipun, harus melewati tantangan trauma yang menghantuinya.

Secara perlahan, meski lama, ia berupaya menipiskan rasa takutnya terhadap tempat tersebut. Namun, saat mendapat giliran kerja malam, kala mendengar ledakan kembang api, Kadek kaget dan traumanya kambuh kembali.

"Setelah bekerja itu saya masih trauma. Ada satu tahun lebih. Sampai saya pernah dikasih shift malam sama manajer, kerja dua hari saya sakit. Kemudian ada party di tempat saya bekerja, ada kembang api saya langsung lari. Saya kabur ke belakang," cerita Kadek.

Dari peristiwa tersebut Kadek diizinkan hanya mendapat giliran kerja pagi. Sejak 2017, ia memutuskan berhenti bekerja guna mengurus kesehatan kedua orang tuanya. Hanya saja untuk satu tahun terakhir, ia harus menjalani hidup tanpa sang Ayah. Ayahnya meninggal karena sakit.

LIPSUS KORBAN TERORIS 7- Kadek Korban Bom Bali IIFoto rontgen yang menunjukkan pecahan besi dalam lengan koban Bom Bali II, Ni Kadek Ardani, pada 2005 lalu yang baru diangkat lewat operasi pada Agustus 2019. (Dok. Kadek Ardani)
Kadek mengatakan saat CNNIndonesia.com bertemu dengannya awal bulan ini dirinya sudah lebih baik secara psikis. Berbeda dengan sesaat setelah kejadian. Ia mengaku sangat dendam terhadap pelaku teror. Pasalnya, ia, yang tidak mempunyai masalah apa-apa harus menjadi korban juga.

Butuh waktu selama 13 tahun untuk mulai bisa memaafkan pelaku teror. Peran sang Ibu dalam memberi nasihat untuk bisa memaafkan pelaku sangat memengaruhi keputusannya. Kadek menuturkan Ibunya menginginkan agar ia bisa memaafkan pelaku. Sebab, menurut Ibunya, karma pasti akan berlaku terhadap setiap perbuatan.

Pada 2018, Kadek dipertemukan dengan narapidana terorisme bernama Khairul di suatu agenda yang digagas Aliansi Indonesia Damai (AIDA). Dalam pertemuan tersebut, Kadek justru menyampaikan permintaan maaf karena lama memendam dendam terhadap setiap pelaku teror. Perbuatannya itu sempat membuat Khairul bertanya-tanya.


"Pertama kali ketemu Mas Khairul saya nangis, kita berdua nangis. Pertemuan di Banten. Khairul minta maaf ke saya, saya juga minta maaf ke Khairul. Saya juga merasa bersalah sama Khairul, sama pelaku, saya kok enggak bisa maafin orang bersalah," ungkap Kadek.

Selain kepada Khairul, Kadek juga pernah bertemu dengan sejumlah narapidana terorisme lain seperti Ali Fauzi, Iswanto, Kurnia Widodo dan Nayla. Ia mengaku sudah baik-baik saja hatinya terhadap mereka.

LIPSUS KORBAN TERORIS 7- Kadek Korban Bom Bali IIKadek Ardani, korban Bom Bali II di Jimbaran berfoto bersama dengan anggota Yayasan Penyintas Indonesia (YPI). (Dok. Kadek Ardani)
Dalam proses menjalani kehidupannya, Kadek menerima bantuan dari pelbagai pihak. Seperti bantuan modal usaha sejumlah Rp15 juta dari Pemerintah Kabupaten Badung di tahun 2018 dan Rp5 juta dari Kementerian Sosial.

Usaha sembako yang dijalaninya, kata dia, tidak berjalan lancar. Akhirnya, sisa dana bantuan dan hasil penjualan yang dimilikinya itu digunakan untuk membeli perahu. Perahu itu digunakan melaut untuk mencari ikan. Pasalnya, kata Kadek, ayahnya seorang nelayan dan memiliki anak buah.

"Bagi hasil," kata dia soal pembayaran untuk nelayan yang menjalankan perahunya.

[Gambas:Video CNN]

Ia mengatakan kehidupan sehari-hari dari berdagang, cukup tidak cukup. Hingga waktu belasan tahun ini, ia masih menunggu kabar kompensasi terhadap korban dan keluarga korban segera cair. Soal hak kompensasi yang harus diberikan negara itu telah diputuskan dalam perubahan UU terorisme yang disahkan DPR pada tahun lalu, UU Nomor 5 Tahun 2018.

Kini Kadek tercatat sebagai anggota ISANA Dewata, wadah perkumpulan yang dibentuk oleh keluarga korban Bom Bali. Sementara Isana Dewata merupakan bagian dari Yayasan Penyintas Indonesia (YPI). Dari sana, Kadek bisa berhubungan dengan korban maupun keluarga korban teroris lain di Indonesia.

(kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER