Saya kenal Greys itu tahun 2004. Saat itu saya kenal karena Jo Novita sempat main ke rumah dan dia ajak Greys.
Waktu saya masih jadi pemain, saya belum terlalu akrab dengan Greys dan hanya sekadar kenal. Mulai akrab setelah dia jadi ganda putri utama dan saat saya melatih Singapura. Ketika itu Greys sering minta evaluasi secara teknis dan sering bertanya masalah recovery.
Awal saya melihat Greys, dia sudah berbeda walau secara teknis berantakan. Menurut saya dia punya satu kelebihan. 'Anak ini sama shuttlecock nempel ya. Dari kecil shuttlecock nempel banget sama ini anak'. Itu yang saya pikirkan.
Ketika mulai akrab Greysia di tengah obrolan sering ngomong, "Koh balik dong latih Indonesia". Tapi itu cuma ngobrol biasa saja. Lalu saya bilang ke dia bahwa kalau memang sudah waktunya, saya pasti akan kembali.
Saat saya akhirnya kembali pada Maret 2014, tujuan saya memang ingin terus memasangkan Greys dengan Nitya. Saat itu ada miskomunikasi di antara mereka berdua. Saya melihat indikasi mereka tidak mau partneran lagi.
Saya lalu panggil mereka berdua. Saya tanya kemauan mereka di pelatnas itu apa, mau lanjut pasangan lagi atau tidak. Saya gali itu semua.
15 Agustus 2015Nitya Krisihinda dan Greysia Polii usai dikalahkan pasangan Ganda Putri China Tian QIng / Zhao Yunlei dalam pertandingan semifinal Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015 di Istora Senayan, Jakarta.
Parlando Indonesia / Adhi Wicaksono
Saya melihat Greys itu sudah banyak bergonta-ganti partner. Ada kesan pelatih mengikuti kemauan Greys. Termasuk partner yang enggak cocok ada kesan pelatih juga menuruti Greys. Hal itu jadi perhatian utama saya.
Greys itu punya potensi besar tetapi tidak dibarengi dengan tantangan dan perubahan dari karakter dia sebagai seorang atlet. Hal itu enggak bagus buat atlet.
Nitya sudah cerita, Greys juga sudah cerita. Itu yang saya mau untuk mereka berani ngomong.
Mereka mungkin berpikir saya akan memberikan partner yang mereka mau. Saya bilang mereka sudah senior dan jangan begini-begini saja. Saya minta mereka berpasangan daripada saya ganti partner mereka ke yang muda-muda. Mereka lalu akhirnya berpasangan.
Khusus untuk Greys saya lihat dia agak ragu-ragu untuk melanjutkan karier setelah Olimpiade 2012 karena ada nama baik yang harus dikembalikan.
Hal itu kemudian ditambah saat SEA Games 2013. Greysia/Nitya tidak maksimal padahal digadang-gadang dapat emas.
13 Mei 2015Nitya Krishinda Maheswari dan Greysia Polii pada penyisihan Piala Sudirman 2015 di Dongguan Basketball Center, China.
ANTARA FOTO / Saptono
Pada prinsipnya di awal kedatangan saya tidak mau memberikan janji-janji. Cuma saya lihat potensi Greys itu tinggi. Alasan saya waktu itu kembali ke Indonesia memang ingin melatih Greys. "Anak ini punya potensi tetapi ada sesuatu yang belum kepegang". Itu pikiran saya.
Menurut saya Uber Cup 2014 adalah salah satu berkah bagi pasangan Greysia/Nitya.
Saya selalu melihat Greys itu pemain yang punya kemauan keras dan secara potensi paling bagus. Namun menurut saya kekurangan Greys adalah karakter dia di lapangan.
Greys saat itu main seperti bukan bertujuan untuk menang, tetapi untuk menghibur penonton. Jatuh sana. Jatuh sini. Saya lalu semprot dia.
"Kamu main buat menang, bukan buat menghibur penonton. Kalau main begini, jangan masuk pelatnas."
Itu yang saya ucapkan. Mungkin dia kaget ada pelatih yang berani ngomong begitu ke dia.
19 Januari 2018Pelatih Pelatnas Ganda Putri PBSI Eng Hian.
detikSport / Grandyos Zafna
Greys punya potensi tetapi karakter main di lapangan harus diperbaiki dulu. Yang saya tekankan adalah bagaimana membuat Greysia/Nitya bisa konsisten dari start walaupun pertandingan 1-2 jam.
Sebelum berangkat ke Asian Games saya tidak pernah bilang target medali emas untuk Greysia/Nitya. Cuma saya tekankan pada mereka, "Masak kalian mau begini-begini saja nih?"
Jadi saya bakar motivasi mereka. Saya ingin mereka pompa diri mereka sendiri dulu.
Perjalanan terberat Greysia/Nitya menuju emas Asian Games bisa dibilang di babak semifinal karena lawan terberat adalah Tiongkok.
Bukan meremehkan lawan di final, tetapi ganda Jepang Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo bukan tantangan Greysia/Nitya karena rekor Greysia/Nitya bagus lawan ganda Jepang itu.
Sejak enam bulan saya melatih Greysia/Nitya mereka berhasil jadi juara Asian Games.
27 September 2014Greysia Polii dan Nitya Krishinda merayakan kemenangan bersama pelatih Eng Hian di final perorangan Ganda Putri Asian Games ke-17 di Gyeyang Gymnasium, Incheon, Korsel.
ANTARA FOTO / SAPTONO
Setelah itu tentu ada keinginan untuk menuju jenjang yang lebih tinggi. Olimpiade jadi sasaran target berikutnya.
Target itu meleset. Kendala saat itu adalah kondisi Nitya yang tidak bisa 100 persen karena cedera lutut. Cedera itu memang cedera lama Nitya.
Saat training camp di Brasil kurang satu pekan sebelum hari H, cedera Nitya malah kambuh. Tetapi hal itu tidak diumumkan. Sebelum turnamen itu dimulai, kondisi mungkin 70 persen karena cedera kambuh. Akhirnya mereka bisa bertahan dan lolos dari penyisihan tetapi kalah di perempat final.
Setelah Olimpiade saya masih kepikiran mempertahankan duet Greysia/Nitya tetapi dengan syarat kondisi Nitya harus lebih baik. Saya lalu berdiskusi dengan tim medis PBSI bagaimana sebaiknya agar Nitya bisa bertahan.
Akhirnya tidak ada jalan selain operasi. Nitya adalah pemain yang selama ini selalu menjalani arahan dari tim medis dengan baik. Namun namanya cedera, bisa kambuh karena kondisinya sudah parah.
Setelah pemeriksaan menyeluruh kondisi lutut Nitya dinyatakan tidak bakal membaik tanpa operasi. Rencana awal, sambil menunggu Nitya sembuh, nanti Greys akan berpasangan dengan pemain lain.
27 September 2014Greysia Polii dan Nitya Krishinda merayakan kemenangan bersama pelatih Eng Hian di final perorangan Ganda Putri Asian Games ke-17 di Gyeyang Gymnasium, Incheon, Korsel.
ANTARA FOTO / SAPTONO
Sebenarnya ketika Nitya naik meja operasi Greys bimbang antara lanjut atau tidak. Saya lalu bilang ke Greys, kalau dia mau pensiun silakan, asal sudah ada rencana setelah lepas dari badminton. Tapi kalau belum ada rencana apa-apa, mending tunggu dulu dan nanti saya carikan partner yang cocok.
Saya rasa saat itu dalam pikiran Greys ia sudah merasa cocok dengan Nitya dan prestasinya sudah bagus. Andai punya partner baru kan harus mulai dari awal lagi.
Jadi posisinya saya minta Greys untuk bantu yang muda-muda sebagai persiapan Olimpiade 2020. Saya masih butuh Greys untuk meningkatkan kualitas pemain muda, termasuk yang paling potensial itu Apriyani. Akhirnya saya tahan-tahan Greys.
Termasuk ketika Nitya kembali bermain dengan Ketut, awalnya proyeksinya Greysia akan kembali berpasangan dengan Nitya dan nantinya Ketut dengan Apriyani.
Dalam perkembangannya situasi Greysia/Apriyani makin membaik, saya lihat Greys juga makin semangat dan tidak lagi membicarakan pensiun. Setelah Nitya total pensiun, Greysia memutuskan untuk tetap lanjut. Performa Greys/Apri juga makin membaik dan hal itu memantapkan Greys untuk terus lanjut.
9 Desember 2019Greysia Polii dan Apriyani Rahayu jadi juara di nomor ganda putri pada SEA Games 2019.
Detikcom / Grandyos Zafna
Pada tahun 2019 Greysia/Apriyani ikut SEA Games. Awalnya tujuan utama adalah persiapan untuk mengikuti BWF World Tour Finals. Saya menilai kepercayaan diri mereka kurang bagus, jadi lewat SEA Games saya ingin mereka bisa meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Bila mereka juara di SEA Games hal itu bisa mengangkat kepercayaan diri mereka. Jadi butuh turnamen yang kecil agar mereka mendapat gelar dan meningkatkan kepercayaan diri.
Jujur saat itu saya tidak kepikiran bahwa Greysia itu belum pernah juara SEA Games. Tidak ada pikiran sama sekali. Setelah mereka juara, baru Greys ngomong bahwa ia baru pertama kali juara SEA Games.
"Ah masa sih Greys?" itu respons saya saat itu.
Masuk ke 2020 saya yakin Greys/Apri sudah siap untuk Olimpiade 2020 karena mereka tidak ada kendala cedera. Ternyata Covid-19 melanda, jadinya pusing saya. Terus Greys kan juga ada rencana menikah.
Greysia Polii dan suami, Felix Djimin.
Dok. Instagram @felixdjimin
Saya tentu tidak ada masalah soal rencana pernikahan, tetapi tetap harus tahu rencana dia setelah menikah. Awalnya kan rencana Greys main Olimpiade dulu, terus menikah, dan berencana punya anak.
Namun kemudian Olimpiade ditunda, sedangkan rencana pernikahan kan tidak bisa ditunda.
Untuk hal ini, saya, Greys, dan suami Greys berdiskusi. Akhirnya Greys memilih menunda punya anak dulu. Saya tentu tidak memaksa karena hal itu adalah kesepakatan Greys dengan suaminya. Kalau suaminya melarang hal itu saya pastinya juga tidak bisa apa-apa. Akhirnya mereka berdua sepakat bahwa program memiliki momongan ditunda demi Olimpiade.
Suaminya Greys luar biasa orangnya. Saya ingat dia bilang bahwa tidak ada masalah sehingga rencana persiapan Olimpiade bisa terus berjalan.
Terkait persiapan dari aspek teknis di lapangan, saya merasa ada berkah dari pandemi. Karena tidak ada turnamen, otomatis agenda di 2020 setelah pandemi Covid-19 kosong semua. Jadi latihan yang ada benar-benar meningkatkan segala aspek dalam diri Greys dan Apri, fisiknya, ototnya, dan daya tahan. Saat kembali main di Thailand di awal tahun 2021 mereka bisa juara.
Waktu kita didiskualifikasi di All England, buat saya hal itu tidak jadi masalah dari segi persiapan. Tapi harus diakui bahwa kita jadi parno karena situasi Covid-19. Buat saya bukan masalah kita batal ikut turnamen, tetapi ada kekhawatiran hal seperti ini kembali terjadi di Olimpiade. Itu yang kita khawatirkan.
21 Mei 2019Eng Hian memberikan instruksi kepada Apriyani Rahayu, Greysia Polii, dan pebulutangkis lain.
Parlando Indonesia/Putra Permata Tegar Idaman
Setelah All England ternyata tidak ada lagi turnamen digelar karena situasi Covid-19 kembali meningkat. Lalu kita mendengar bahwa ada kemungkinan Olimpiade batal karena warga Jepang juga sudah banyak yang menyatakan tidak bisa menerima penyelenggaraan Olimpiade di tengah situasi pandemi. Hal itu yang saya lihat sempat membuat Greys dan Apri down.
Ketika akhirnya Olimpiade bisa dilaksanakan, kekhawatiran lain muncul karena ada kabar saya tidak bisa mendampingi mereka di Olimpiade karena keterbatasan kuota pelatih yang bisa mendampingi. Fokus Greys/Apri agak terganggu dengan kabar tersebut.
Saya coba ngobrol sama mereka dan mereka bisa mengubah kekecewaan mereka lewat cara dan kualitas latihan. Latihan mereka jadi menggila.
"Enggak bisa, kita harus buktikan!" Itu yang saya lihat dari gerak tubuh mereka saat latihan.
Sebelum ke Tokyo, Tim Badminton Indonesia saat itu berlatih dulu di Kumamoto. Jadi saya masih ikut ke Kumamoto, juga bisa ikut ke Tokyo, tetapi tidak bisa masuk lapangan dan mendampingi mereka.
Sampai dalam persiapan menuju ke Tokyo, Greys dan Apri masih dalam situasi kesal karena merasa nomor ganda putri dikesampingkan. Namun yang saya suka, aura marah mereka itu masih dalam tren positif. Saya sendiri akhirnya bisa dipastikan berangkat 1-2 hari sebelum kita pergi ke Tokyo.
24 Juli 2021Apriyani Rahayu dan Greysia Polii dalam pertandingan melawan Malaysia pada Olimpiade Tokyo 2020 bulutangkis ganda putri
REUTERS / Leonhard Foeger
Pada babak penyisihan, Greys/Apri bisa menang lawan pasangan Malaysia. Saya melihat pasangan Malaysia justru tidak bisa mengeluarkan permainan karena terbebani oleh kemenangan di dua partai sebelumnya.
Sedangkan untuk menghadapi ganda Inggris, kuncinya memang ada di keyakinan. Kita harus yakin bahwa kita unggul.
Dalam duel penentuan lawan Sayaka Hirota/Yuki Fukushima, sama sekali tidak ada pikiran untuk meremehkan Hirota yang cedera. Ganda Jepang bisa menang lawan Inggris dan Malaysia, itu berarti kondisi cedera mereka tidak separah yang dibayangkan. Kalau memang parah, tentu mereka sudah kalah di laga sebelumnya.
Masuk perempat final sebagai juara grup, saya kembali menekankan pada Greys dan Apri agar mereka bisa bermain tanpa berpikir terlalu jauh. Saya berusaha menjaga Greys/Apri agar tetap fokus ke pola permainan.
Rekam jejak Greys/Apri dengan Du Yue/Li Yunhui juga tidak terlalu bagus karena mereka beberapa kali kalah. Situasi memang cukup tegang.
29 Juli 2021Apriyani Rahayu dan Greysia Polii melaju ke semifinal Olimpiade Tokyo 2020 bulutangkis ganda putri
AP / Dita Alangkara
Untuk Greys dia pasti ingin bisa maju ke babak selanjutnya karena selama ini ia terhenti di babak perempat final. Bisa masuk semifinal dan dapat medali tentu jadi tujuan Greys.
Ketika Greys/Apri menang dan lolos ke semifinal, komunikasi adalah hal yang paling penting untuk mengatasi situasi dan suasana yang ada.
Saya sudah membangun hubungan dengan Greys/Apri untuk waktu yang lama jadi saya tahu bagaimana caranya menangani dua pemain ini.
Saya membagikan pengalaman tentang hal yang terjadi pada diri saya di dua Olimpiade, Sydney dan Athena. Di Olimpiade Sydney, saya sangat ingin medali, malah hasilnya tidak bagus.
Saat itu saya dan Flandy Limpele jadi unggulan 3/4, seperti halnya Greys/Nitya di Olimpiade Rio. Saya sudah berpikir bahwa kemungkinan bakal dapat medali tetapi ternyata tegangnya minta ampun.
Dalam pikiran yang dipikirkan hanya medali, medali, medali. Hal itu yang justru malah membuat saya tidak memikirkan persiapan dan pola main yang baik.
Saya membagikan pengalaman yang saya rasakan. Dan ada keuntungan saya sebagai pelatih punya pengalaman seperti itu.
Di semifinal saya justru melihat permainan Greys/Apri tidak ada kekurangan, lebih baik dibanding laga sebelumnya di perempat final.
2 Agustus 2021Apriyani Rahayu, Eng Hian, dan Greysia Polii pada pertandingan Olimpiade Tokyo 2020
REUTERS / Hamad I Mohammed
Masuk final Greys/Apri jadi satu-satunya wakil Indonesia dan harapan meraih medali emas Olimpiade. Untuk mengatasi hal itu, cara yang paling gampang adalah sedari awal saya menyuruh mereka untuk mematikan media sosial.
Juga tidak usah baca berita. Dari awal Olimpiade saya minta Greys dan Apri untuk membawa handphone dengan nomor baru, tidak usah ada aplikasi apa-apa di dalamnya. Cukup handphone untuk komunikasi dengan keluarga.
Saya lakukan itu karena hal-hal yang ada di media dan media sosial bisa berpengaruh. Namanya juga manusia.
Soal teknis menuju final Olimpiade, kita bahas di sesi latihan pagi sehari sebelum final. Semua didiskusikan di sana.
Selesai latihan kita naik bus dan berusaha menikmati waktu. Tidak berpikir yang berat-berat. Pokoknya jaga kondisi, jaga makan, dan istirahat,
Malam sebelum final, kita enggak ngomongin badminton. Makan malam bersama, pulang masih nyanyi-nyanyi. Apri juga nyanyi-nyanyi. Greys malah bisa tidur 10 jam jelang final.
Greys dan Apri percaya dengan apa yang kita lakukan sebelum final. Dan saya melakukan itu berdasarkan pengalaman yang telah saya rasakan sebagai pemain ketika Olimpiade.
2 Agustus 2021Apriyani Rahayu, Eng Hian, dan Greysia Polii merayakan kemenangan pada Olimpiade Tokyo 2020
Getty Images / Lintao Zhang
Dan pada akhirnya ketika Greys/Apri bisa juara, saya rangkul mereka, lalu saya berkata: "Tuhan, kalian berhasil".
Pagi harinya kita sarapan bersama. Kalimat pertama yang saya sampaikan pada mereka adalah: "Selamat, Welcome to legend club".
Selepas Olimpiade tentu saya sudah menyiapkan hati bahwa Greys akan pensiun. Soal Greys pensiun selepas Olimpiade kan hanya soal waktu. Apalagi Greys adalah seorang wanita yang sudah menikah, punya keluarga, suami, dan berencana memiliki anak. Saya tentu tidak bisa menahan dan melarang.
27 Juli 2021Greysia Polii dalam pertandingan ganda putri bulutangkis melawan Jepang pada Olimpiade Tokyo 2020
AFP / LINTAO ZHANG
Untuk pemain-pemain muda yang bisa diambil dan dipetik dari sosok Greysia adalah tentang kerja kerasnya. Kerja keras Greysia itu luar biasa.
Satu hal dari Greys yang sering saya jadikan contoh di hadapan pebulutangkis lain adalah Greys itu tidak pernah protes, tidak pernah nawar soal program latihan.
Saya pernah iseng tanya ke Greys, kenapa dia tidak pernah tawar program latihan yang saya buat.
Lalu dia jawab,"Koh Didi bikin program ini, tentu disesuaikan untuk kebutuhan saya. Jadi kalau Koh Didi bilang lima set, itu yang saya lakukan".
Greys, ganda putri Indonesia masih butuh seorang sosok. Greys adalah seorang legenda.
Greys tetap dibutuhkan jadi mentor ganda putri. Supaya atlet muda bisa melihat Greys. Bisa mendengar masukan-masukan yang dibutuhkan dari Greys. Jangan meninggalkan bulutangkis secara total, jangan 100 persen meninggalkan bulutangkis.