Kesaksian Relawan GSF Diculik Israel: Diperlakukan seperti Binatang
Para aktivis Global Sumud Flotilla (GSF) mengaku diperlakukan seperti binatang, saat diculik dan ditahan pasukan Israel yang membajak kapal mereka ketika berlayar bawa bantuan ke Gaza.
Anggota dewan asal Italia, Paolo Romano, membeberkan tindakan keji Israel. Dia mengatakan para aktivis dan relawan diseret ke kapal pasukan Israel lalu dibawa ke daratan.
Saat mendarat, mereka dibawa ke penjara dan ditahan tanpa diizinkan keluar. Para aktivis ini juga tak diberi minum air kemasan.
"Mereka membuka pintu pada malam hari dan meneriaki kami dengan senjata untuk menakut-nakuti kami," kata Romano, dikutip AFP, Minggu (5/10).
Dia lalu berujar, "Kami diperlakukan seperti binatang."
Jurnalis Italia Lorenzo D'Agostino, yang berada di atas armada untuk meliput, juga membeberkan pengalaman serupa.
"Dua hari yang kami habiskan di penjara itu bagaikan neraka," kaya D'Agostino.
Dia dan aktivis lain di GSF kini bebas berkat tekanan dari masyarakat internasional yang mendukung Palestina.
"Saya sangat berharap situasi ini segera berakhir karena cara kami diperlakukan sungguh biadab," imbuh jurnalis itu.
Aktivis asal Malaysia Iylia Balqis juga menggambarkan pengalaman diculik Israel sebagai momen terburuk dalam hidup.
"Kami diborgol (dengan tangan di belakang punggung), kami tak bisa berjalan, beberapa dari kami dipaksa berbaring tengkurap di tanah," kata Balqis.
"Lalu kami tidak diberi air, dan beberapa dari kami tidak diberi obat," imbuh dia.
Israel telah mendeportasi 137 orang dari 13 negara termasuk warga Turki. Mereka diterbangkan ke Istanbul dengan pesawat sewaan.
Para relawan dan aktivis itu sebelumnya diculik pasukan Israel saat berlayar menjalankan misi menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk Gaza.
Namun, saat armada mendekati perairan Gaza, Israel mencegat kapal-kapal tersebut dan menculik para aktivis serta relawan.
Menurut situs resmi GSF, nyaris 500 orang diculik Israel dan 42 kapal dibajak.
Menanggapi tindakan keji itu, komunitas internasional ramai-ramai menyampaikan kecaman keras. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan mengatakan tindakan Israel terhadap armada GSF cerminan brutalitas mereka di Gaza.
Israel meluncurkan agresi brutal ke Palestina sejak Oktober 2023. Selama itu, mereka menggempur habis-habisan warga dan objek sipil.
Imbas agresi tersebut, lebih dari 66.000 warga di Palestina tewas, serta ratusan ribu rumah dan fasilitas sipil hancur lebur.
(isa/dna)