Trump Klaim Menang usai Dapat Respons dari Hamas, Netanyahu Terpojok

Parlando Indonesia
Minggu, 05 Okt 2025 19:39 WIB
Presiden AS Donald Trump menyatakan Hamas siap melepaskan seluruh sandera yang ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan Hamas siap melepaskan seluruh sandera yang ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023, setelah kelompok itu merespons proposal 20 poin Trump untuk mengakhiri perang di Gaza. (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
Jakarta, Parlando Indonesia --

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan Hamas siap melepaskan seluruh sandera yang ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023, setelah kelompok itu merespons proposal 20 poin Trump untuk mengakhiri perang di Gaza.

Pernyataan itu diumumkan Trump di Truth Social, Minggu (5/10), meskipun Hamas tidak menyetujui seluruh poin, termasuk permintaan untuk melucuti senjata mereka dan tidak berperan dalam pemerintahan Gaza di masa depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berdasarkan pernyataan yang baru diterbitkan Hamas, saya percaya mereka siap untuk PERDAMAIAN yang langgeng. Israel harus segera menghentikan pengeboman Gaza, agar sandera dapat dikeluarkan dengan aman dan cepat!" tulis Trump, melansir CNN.

Dalam pernyataan resmi dari kantornya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut Israel sedang bersiap untuk segera melaksanakan fase pertama rencana Trump untuk pembebasan semua sandera.

Kantor Netanyahu menambahkan Israel akan "terus bekerja sama penuh dengan presiden dan timnya untuk mengakhiri perang sesuai prinsip yang sejalan dengan visi Presiden Trump."

Respons Trump diumumkan hanya satu jam setelah Hamas merilis tanggapan enam paragraf. Langkah ini secara efektif mendahului reaksi resmi Israel, termasuk Netanyahu, yang sebelumnya didesak oleh Trump untuk menerima rencana perdamaian tersebut.

Trump menekankan peran negara-negara seperti Qatar, Turki, Arab Saudi, Mesir, dan Yordania dalam upaya mediasi, tetapi tidak menyebut Netanyahu dalam pidatonya. Dengan ini, Trump secara tidak langsung menempatkan tanggung jawab kepada Israel untuk menghentikan serangan di Gaza.

Seorang sumber Israel mengatakan kepada CNN bahwa pernyataan Trump mengejutkan Netanyahu, termasuk ketika Trump memerintahkan Israel menghentikan pengeboman di Kota Gaza, sehingga militer Israel terpaksa menghentikan serangannya sementara.

Israel tengah menyiapkan tim negosiasi untuk membahas rencana gencatan senjata lebih lanjut.

Trump mengumumkan bahwa Israel telah menyetujui tahap awal penarikan pasukan, yang juga telah dibagikan kepada Hamas. Ia menjelaskan begitu Hamas mengonfirmasi persetujuan mereka, gencatan senjata akan langsung diberlakukan, proses pertukaran sandera dan tahanan akan dimulai, dan tahap penarikan berikutnya dapat dilaksanakan secara bertahap.

Menurut Trump, langkah-langkah ini akan membawa wilayah tersebut semakin dekat pada akhir konflik yang menurutnya telah berlangsung selama 3.000 tahun.

Trump menunjuk utusannya, Steve Witkoff, dan menantunya Jared Kushner, untuk melakukan perjalanan ke Mesir akhir pekan ini guna membahas rincian pembebasan sandera serta aspek lain dari rencana perdamaian.

Meskipun Trump menyoroti kesediaan Hamas, beberapa sekutunya merespons dengan lebih hati-hati. Senator Lindsey Graham menggambarkan tanggapan Hamas sebagai "setuju, tapi masih ada syarat", karena kelompok itu tidak melucuti senjatanya, tetap mengontrol Gaza, dan mengaitkan pembebasan sandera dengan proses negosiasi lebih lanjut.

Trump sendiri mengakui masih ada pekerjaan rumah terkait rincian rencana tersebut.

"Kita akan lihat bagaimana semua ini berjalan. Kita harus mendapatkan kata terakhir yang jelas," ujarnya dalam video yang direkam dari Oval Office.

Langkah Trump ini muncul setelah beberapa hari menunggu respons Hamas, dengan komunikasi yang lambat akibat perbedaan pandangan dalam kepemimpinan Hamas dan hambatan teknis dalam menyampaikan pesan. Ultimatum Trump sebelumnya bertujuan untuk mempercepat tanggapan Hamas.

Proposal perdamaian Trump disusun setelah serangan Israel di Qatar terhadap pimpinan Hamas bulan lalu, yang dianggap Trump dan pejabat AS merusak upaya mediasi.

Pertemuan Trump dengan Netanyahu, serta pembicaraan dengan Qatar, dianggap krusial untuk menjaga jalannya negosiasi dan memastikan Israel mendukung rencana tersebut.

Meski terdapat perbedaan pandangan dan tantangan, Trump bersikeras rencana ini menjadi peluang terakhir untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi, sekaligus menempatkan Netanyahu dalam posisi yang sulit, yakni menerima tanggapan Hamas atau berisiko mengurangi dukungan dari sekutu internasional utamanya.

(del/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER