Kelompok bersenjata Hamas menyatakan pada Jumat (3/10) bersedia membebaskan seluruh sandera Israel, baik yang masih hidup mau pun yang telah meninggal, sesuai proposal gencatan senjata yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Hamas dalam pernyataannya menegaskan setuju terhadap "pembebasan semua tawanan pendudukan, baik yang masih hidup mau pun jenazah yang telah meninggal," dan siap bernegosiasi lebih lanjut dengan mediator internasional.
Kelompok itu juga mengapresiasi "upaya Arab, Islam, dan internasional, serta upaya Presiden Trump."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut sejumlah fakta penting terkait keputusan Hamas membebaskan seluruh sandera:
1. Bagian dari proposal Trump
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Jumat (3/10) malam waktu setempat, Hamas mengumumkan persetujuan membebaskan seluruh sandera Israel di Gaza, termasuk jenazah yang telah meninggal dunia.
Kesepakatan ini menjadi bagian dari proposal perdamaian yang diajukan Trump.
Hamas menegaskan langkah itu diambil "sesuai dengan kerangka pertukaran yang termasuk dalam proposal Presiden Trump," dan menyatakan kesiapan untuk memasuki negosiasi lebih lanjut melalui mediasi pihak ketiga.
2. Proposal perdamaian berisi 20 poin
Proposal perdamaian yang ditawarkan Donald Trump terdiri dari 20 poin dan diluncurkan bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada 29 September.
Rencana itu mencakup gencatan senjata segera, pembebasan seluruh sandera, pelucutan senjata Hamas, jaminan agar warga Gaza tidak diusir dari wilayahnya, serta pembentukan "panel perdamaian" beranggotakan tokoh internasional, termasuk Sir Tony Blair.
Trump memberi waktu hingga Minggu (5/10) bagi Hamas merespons. Israel telah menyetujui isi proposal tersebut dan menyatakan siap menjalankannya sesuai prinsip yang sejalan dengan visi Washington.
3. Trump desak Israel setop serangan setelah Hamas setuju
Menanggapi persetujuan Hamas, Trump langsung meminta Israel menghentikan pengeboman di Gaza agar proses pembebasan sandera bisa berlangsung aman.
Dalam unggahan di Truth Social, ia menulis, "Israel harus segera menghentikan pengeboman Gaza agar kami dapat mengeluarkan para sandera dengan aman dan cepat!"
Trump menilai keputusan Hamas sebagai tanda kesiapan untuk "perdamaian abadi" dan menyebut kesepakatan ini bukan hanya soal Gaza, tetapi juga langkah besar menuju stabilitas jangka panjang di Timur Tengah.
4. Israel masih menyerang walau Hamas setuju
Meski Hamas telah menyetujui pembebasan sandera dan Trump menyerukan penghentian serangan, situasi di Gaza masih tegang.
Saksi mata melaporkan tank-tank Israel tetap menggempur Jalan Talateeni dan kawasan Remal di pusat Kota Gaza beberapa jam setelah pengumuman Hamas.
Serangan juga dilaporkan terjadi di Khan Younis, meski tanpa korban jiwa. Namun, laporan Al Jazeera menyebut pemerintah Israel mulai menginstruksikan militernya mengurangi aktivitas ofensif di Gaza dan hanya melakukan operasi defensif.
5. Tekanan politik oposisi dan keluarga sandera di Israel
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mendesak pemerintah Benjamin Netanyahu segera menindaklanjuti proposal perdamaian yang diajukan AS.
"Israel harus mengumumkan bahwa mereka akan bergabung dalam diskusi yang dipimpin oleh presiden untuk menyelesaikan detail kesepakatan," tulis Lapid di X.
Desakan juga datang dari keluarga para sandera yang meminta Netanyahu segera memerintahkan negosiasi untuk memulangkan semua sandera. Kantor Perdana Menteri kemudian menyatakan telah mempersiapkan "implementasi segera" tahap pertama rencana Trump.
6. Hamas usul pemerintahan sipil independen di Gaza
Selain membebaskan sandera, Hamas juga mengusulkan agar administrasi Jalur Gaza diserahkan kepada badan Palestina yang terdiri dari otoritas independen. Ide ini disebut sebagai langkah menuju pemerintahan sipil yang netral pascaperang.
Rencana tersebut dinilai dapat menjadi bagian dari proses transisi politik di Gaza dan membuka peluang bagi pembentukan otoritas baru yang berorientasi pada stabilitas jangka panjang.
7. Upaya negosiasi sebelumnya gagal karena perbedaan pandangan
Sebelum kesepakatan kali ini, Hamas sempat menyetujui pembebasan 10 sandera dalam negosiasi gencatan senjata pada Juli lalu, yang dimediasi oleh Qatar dan AS. Namun, perundingan gagal mencapai hasil karena ketidaksepahaman soal bantuan kemanusiaan, penarikan pasukan Israel, dan jaminan perdamaian jangka panjang.
Meski begitu, Hamas menyatakan tetap berkomitmen untuk mengakhiri penderitaan warga Gaza dan memastikan hak mereka atas kebebasan serta kehidupan yang bermartabat.
(del/fea)