AS Jadi Penyumbang Terbesar Surplus Neraca Dagang RI per Agustus
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Amerika Serikat (AS) menjadi penyumbang terbesar surplus neraca perdagangan barang Indonesia sepanjang Januari hingga Agustus 2025.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan perdagangan Indonesia dengan AS surplus US$12,2 miliar pada periode tersebut. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada Januari-Agustus 2024 sebesar US$9,16 miliar.
"Pada Januari-Agustus 2025, neraca perdagangan RI-AS, surplus terutama mesin dan perlengkapan serta bagiannya (HS 85) sebesar US$3,07 miliar. Dua, pakaian dan aksesorisnya rajutan (HS 61) surplus sebesar US$1,86 miliar," kata Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (2/10).
Kemudian komoditas alas kaki (HS 64) surplus sebesar US$1,82 miliar.
Namun, RI juga mengalami defisit pada AS untuk beberapa komoditas. Beberapa di antaranya biji dan buah yang mengandung minyak (HS 12) yang defisit US$0,06 dan bahan bakar mineral (BBM) (HS 27) yang defisit US$0,33 miliar.
"Lalu ampas dan industri makanan (HS 23) defisit US$0,23 miliar," katanya.
Selain AS, India dan Filipina juga menjadi penyumbang surplus neraca perdagangan Indonesia periode Januari-Agustus 2025. Indonesia surplus US$9,43 miliar dalam neraca perdagangan dengan India dan US$5,85 miliar dalam neraca perdagangan dengan Filipina.
Sementara itu, tiga negara yang menjadi penyumbang defisit terbesar neraca perdagangan Indonesia adalah China sebesar US$13,09 miliar, Singapura sebesar US$13,55 miliar, dan Australia sebesar US$3,49 miliar.
BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$5,49 miliar pada Agustus 2025. Realisasi ini naik tipis dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar US$4,17 miliar.
Catatan ini membuat Indonesia melanjutkan tren surplus selama 64 bulan berturut-turut. Kinerja ekspor yang mencapai US$24,96 miliar, sedangkan impor senilai US$19,47 miliar.
(fby/dhf)