Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan harga LPG 3 kilogram (kg), BBM jenis pertalite, hingga tarif listrik yang saat ini dibayar masyarakat masih jauh dari keekonomian.
Ia mengatakan pemerintah masih menggelontorkan subsidi energi.
"Harga jual BBM dan tarif listrik telah disesuaikan sejak 2022. Namun, belum mencapai harga keekonomian," ungkap Purbaya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Selasa (30/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini pemerintah menanggung selisih antara harga keekonomian dan harga yang dibayar masyarakat melalui pemberian subsidi dan kompensasi, baik energi dan nonenergi," sambungnya.
Purbaya mengatakan harga asli pertalite sebenarnya Rp11.700 per liter. Namun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menanggung Rp1.700 alias 15 persen dalam bentuk subsidi, sehingga harga pertalite di SPBU Pertamina hanya Rp10 ribu per liter.
Kemudian harga asli solar seharusnya Rp11.950 per liter. Namun, pemerintah menanggung beban subsidi 43 persen atau setara Rp5.150. Sehingga masyarakat pada akhirnya bisa membeli solar dengan harga Rp6.800 per liter.
"Untuk LPG 3 kg, subsidi mencapai 70 persen dari harga keekonomian," beber sang Bendahara Negara.
Sementara itu, harga asli LPG 3 kg adalah Rp42.750 per tabung. Usai disubsidi 70 persen atau Rp30 ribu, gas melon dihargai Rp12.750 saja untuk setiap tabungnya.
Lalu, pemerintah juga memberikan subsidi listrik senilai Rp1.200 per kilowatt hour (kwh) untuk rumah tangga dengan daya 900 volt ampere (VA). Dengan begitu, tarif yang dibayarkan menjadi Rp600 per kwh.
"Pemerintah tetap berkomitmen untuk meningkatkan ketepatan sasaran melalui pemanfaatan data terpadu subsidi energi nasional yang menjadi fondasi transformasi subsidi berbasis penerima manfaat," janji Purbaya.
(fby/sfr)