Di Depan Bos Antam, DPR Gebrak Meja Duga Ada Permainan Emas Langka
Anggota Komisi VI DPR RI Kawendra Lukistian menggebrak meja saat menanyakan kasus kelangkaan emas Antam yang sempat terjadi di Indonesia.
Pasalnya, Direktur Utama PT Aneka Tambang (Persero) Tbk Achmad Ardianto mengatakan bahwa stok emas Antam tergantung dari pemesanan.
Ia menegaskan perusahaannya tidak punya inventori atau tempat menyimpan emas yang cukup, jika tidak ada kepastian penjualan.
"Kepastian apa karena ada permainan? Karena saya dapat kabar dari teman-teman kalau cari stok emas susah, cuma bisa 20 persen paling," ujar Kawendra sambil menggebrak meja dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VI DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (29/9).
"Kalau begini kan permainan, nunggu harga naik segala macam, ini kan nyumbang inflasi gila-gilaan kalau kayak gini. Tolong dicek deh pak, mungkin anak buah bapak, mungkin bapak gak paham di bawahnya. Saya dapat laporan," sambung Politikus Gerindra tersebut.
Bos Antam pun membantah tudingan tersebut. Achmad menjelaskan kesulitan yang dialami perusahaan dalam urusan jual beli emas adalah modal kerja.
Ia mengatakan harga emas mahal, sehingga tidak mungkin disimpan tanpa kepastian pembeli. Achmad juga menegaskan setiap stok emas yang dimiliki Antam pasti akan langsung dilepas ke pasar.
"Yang terjadi sekarang adalah tidak terlepas dari sistem penjualannya. Antam itu kan dulu gak punya modal. Sehingga yang menjualkan emas ke lapangan itu adalah orang-orang yang punya uang, perusahaan mitra kita, namanya wholesaler. Wholesaler itu yang membantu Antam menjualkan kepada toko emas, rakyat, kenapa mereka bisa? Karena mereka punya uang," jelas Achmad.
"Mereka (wholesaler) beli ke Antam, baru Antam buatkan, jadi ini seperti back to back. Antam membuatkan, serahkan ke dia, maka dia mendistribusikan ke toko emas. Itu hampir 70 persen bisnis kami begitu. Jadi, tidak 100 persen 43 ton (penjualan emas per tahun) itu uangnya Antam. Jadi, 70 persen adalah para wholesaler membeli ke Antam," imbuhnya.
Achmad mengatakan stok emas yang dimiliki perusahaan pelat merah itu hanya 30 persen dari total yang beredar, itu pun langsung dibagikan kepada 15 titik butik di seluruh Indonesia.
Ia memahami kasus kelangkaan emas terjadi karena animo masyarakat cukup tinggi. Akan tetapi, Achmad menegaskan bahwa modal kerja Antam memang tidak cukup untuk memenuhi permintaan tersebut.
Dirut Antam Achmad Ardianto mengatakan satu-satunya tambang mereka di Pongkor, Jawa Barat hanya bisa menghasilkan 1 ton emas per tahun. Sementara, penjualan emas Antam tembus 37 ton sepanjang 2024 lalu. Bahkan, Antam memproyeksi penjualan tahun ini tembus 43 ton-45 ton per tahun.
(skt/sfr)