Apa Bahaya Suara yang Keras terhadap Telinga? Ini Penjelasannya

Parlando Indonesia
Jumat, 03 Okt 2025 17:15 WIB
Paparan suara bising dalam jangka waktu tertentu bisa menimbulkan gangguan pendengaran. Lalu, apa bahaya suara yang keras terhadap telinga?
Paparan suara bising dalam jangka waktu tertentu bisa menimbulkan gangguan pendengaran. Lalu, apa bahaya suara yang keras terhadap telinga? (AFP/JUNI KRISWANTO)
Daftar Isi
Jakarta, Parlando Indonesia --

Paparan suara bising dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran, baik sementara maupun permanen.

Namun, sebagian orang mungkin masih belum memahami apa bahaya suara yang keras terhadap telinga. Dengan memahami dampaknya, kita dapat memiliki kesadaran untuk menjaga indra pendengar ini.

Bahaya tersebut tidak hanya berasal dari mesin, lalu lintas, atau alat berat. Kebiasaan sehari-hari seperti mendengarkan musik dengan volume tinggi menggunakan earphone atau pengeras suara (speaker) bertenaga besar juga bisa berisiko.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menggunakan pelindung telinga, mengurangi paparan suara keras, serta memberi waktu istirahat bagi telinga adalah langkah efektif untuk mencegah kerusakan permanen.

Bahaya suara keras terhadap telinga

Apa bahaya suara yang keras terhadap telinga? Jika dibiarkan, kondisi ini dapat merusak kualitas pendengaran secara permanen.

Melansir penjelasan dalam buku Ergonomi Partisipatori Implementasi Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja karya Bambang Suhardi, suara keras dapat memengaruhi sistem pendengaran secara langsung.

Bagian telinga seperti ossicular, tympanic membrane, oval window, hingga cochlear sangat rentan rusak bila terpapar bising terus-menerus.

Dampaknya bukan hanya pada pendengaran, tetapi juga pada komunikasi, performa kerja, hingga kesehatan mental.

Gangguan akibat kebisingan

Gangguan akibat kebisingan terbagi menjadi beberapa kategori. Berikut masing-masing penjelasannya.

1. Gangguan fisiologis

Gangguan fisiologis yang muncul dalam bentuk peningkatan tekanan darah, metabolisme, serta penyempitan pembuluh darah kecil. Kondisi ini bisa memicu pucat, rasa lelah, hingga gangguan sensoris yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

2. Gangguan psikologis

Kebisingan juga dapat menimbulkan gangguan psikologis. Suara keras membuat seseorang mudah merasa tidak nyaman, sulit berkonsentrasi, hingga mudah stres.

Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat memicu gangguan tidur, psikosomatis seperti maag, bahkan penyakit jantung koroner.

3. Gangguan komunikasi

Lingkungan yang bising sering membuat orang kesulitan mendengar instruksi, percakapan, atau tanda bahaya. Hal ini dapat menimbulkan salah paham, meningkatkan risiko kecelakaan, dan menurunkan efektivitas komunikasi sehari-hari.

4. Gangguan keseimbangan

Gangguan berikutnya adalah gangguan keseimbangan. Kebisingan yang terlalu keras bisa memengaruhi sistem sensorik sehingga menimbulkan gejala seperti pusing, mual, hingga hilangnya stabilitas tubuh.

Dampak paling serius dari paparan suara keras adalah gangguan pendengaran atau ketulian. Pada tahap awal, gangguan ini bersifat sementara, tetapi bila seseorang terus terpapar kebisingan, risiko kehilangan pendengaran secara permanen semakin besar.

Jenis-jenis ketulian

Ketulian terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah tuli sementara (Temporary Threshold Shift/TTS) dan jenis kedua adalah tuli menetap (Permanent Threshold Shift/PTS).

1. Tuli sementara

Tuli sementara terjadi akibat paparan singkat dengan intensitas tinggi, misalnya setelah menonton konser atau berada di area bising. Pendengaran biasanya bisa pulih setelah telinga mendapat waktu istirahat.

2. Tuli menetap

Kondisi ini muncul akibat paparan lama dan berulang, dipengaruhi oleh intensitas suara, durasi, pola kebisingan, hingga kondisi kesehatan individu. Kerusakan ini bersifat permanen dan sulit dipulihkan.

Faktor lain yang memperbesar risiko ketulian antara lain usia, riwayat gangguan pendengaran, lamanya terpapar suara bising, serta jarak dari sumber suara.

Bahkan gaya hidup sehari-hari, seperti mendengarkan musik terlalu keras dengan earphone, juga dapat memperparah kerusakan.

Sebagai informasi tambahan, menurut penjelasan dalam buku Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Edisi 1 karya Drs. Irzal, standar OSHA menyebutkan bahwa paparan suara di atas 85 dB secara terus-menerus dapat merusak sistem pendengaran.

Jika tingkat kebisingan mencapai 95 dB dan didengar lebih dari 4 jam, risiko gangguan pendengaran semakin besar. Bahkan pada frekuensi 115 dB, hanya 15 menit paparan sehari sudah cukup untuk menghilangkan kemampuan mendengar.

Itu dia jawaban atas pertanyaan apa bahaya suara yang keras terhadap telinga. Semoga dapat menambah pengetahuan untuk menjaga kesehatan indra pendengar.

(han/juh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER