Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965 menggugurkan enam jenderal yang namanya kini dikenang dalam sejarah Indonesia. Lantas, siapa jenderal yang menjadi korban PKI?
G30S PKI bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden ke-1 Indonesia Soekarno dan mengubah ideologi negara dari Pancasila menjadi komunis. Peristiwa pemberontakan ini dilakukan oleh PKI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa penculikan dan pembunuhan oleh G30S PKI menyasar enam orang Jenderal Angkatan Darat (AD) dan satu Letnan ajudan yang terjadi sekitar dini hari 1 Oktober 1965.
Sejarah mencatat ada enam jenderal yang menjadi korban dari peristiwa kudeta PKI yang terjadi dalam Gerakan 30 September. Lantas, siapa jenderal yang menjadi korban PKI?
Dirangkum dari sejumlah sumber, berikut tujuh jenderal tersebut.
Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen pada 28 Agustus 1922. Ia merupakan perwira tinggi TNI AD yang gugur dalam peristiwa G30S.
Sutoyo ditemukan meninggal di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965. Ia dibunuh oleh PKI karena disebut menentang pembentukan Angkatan Kelima PKI.
Donald Ignatius Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli pada 19 Juni 1925 dan meninggal pada 1 Oktober 1965 akibat peristiwa G30S PKI.
Sebelum meninggal, Mayjen Panjaitan memiliki karier yang cemerlang di bidang militer. Ia pernah diangkat menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat hingga mendapatkan tugas untuk belajar ke Amerika Serikat.
Raden Soeprapto Lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920, ia menjadi salah satu korban PKI dalam peristiwa G30S karena menolak PKI yang saat itu berencana untuk mendirikan Angkatan Kelima.
Ia diculik dan dibunuh di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta pada 5 Oktober 1965.
Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo pada 19 Juni 1922 dan ditemukan meninggal pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya.
Semasa hidupnya, ia pernah mengikuti militer dan turut berperan dalam pemberantasan PKI Madiun pada 1948, Agresi Militer Belanda II, hingga penumpasan DI/TII di Jawa Tengah.
Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924 dan gugur dalam peristiwa G30S PKI. Sebelum masuk militer, M.T. Haryono lebih dulu masuk Perguruan Tinggi Kedokteran untuk meneruskan studinya.
Letjen Haryono dikenal akan kepandaiannya menguasai tiga bahasa internasional yaitu Belanda, Inggris, dan Jerman.
Siswondo Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918. Ia merupakan petinggi TNI AD pada masa Orde Lama yang mengurusi bidang intelijen.
Letjen Parman gugur dalam G30S PKI, ia diculik dan dibunuh karena telah mengetahui rencana PKI yang saat itu berencana membentuk Angkatan Kelima.
Selain enam jenderal yang menjadi korban, ada beberapa korban lain dalam pemberontakan PKI yang terjadi dalam rentang 30 September hingga 5 Oktober 1965.
Mereka adalah Kapten Czi (Anumerta) P.A. Tendean, Brigjen (Anumerta) Katamso, A.I.P II (Anumerta) K.S. Tubun, dan Kolonel (Anumerta) Sugiyono.
Korban G30S PKI ini disebut Pahlawan Revolusi sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas keberanian dan jasa mereka dalam mempertahankan ideologi negara dari pemberontakan PKI.
Demikian nama-nama jenderal yang menjadi korban dalam peristiwa G30S PKI.
(glo/fef)